Kamu Juga Bisa Atasi Kecanduan Instagram
Sudah berusaha keras supaya terlepas dari instagram, pada akhirnya masih tergoda buat scrolling instagram sampai berujung lupa waktu. Sudah berusaha membatasi penggunaannya, pada akhirnya masih saja kebablasan sampai baper karena lihat post milik beberapa teman lama yang kelihatannya luar biasa.
Pernah mengalami kejadian seperti itu?
Kalau iya, kamu nggak sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang akhir-akhir ini kecanduan media sosial dan sulit untuk lepas meskipun sudah berusaha keras mencoba. Namun, itu bukan berarti bikin kita jadi skeptis dan beranggapan kalau terlepas dari kecanduan media sosial itu memang sulit. Kecanduan instagram bisa diatasi.
Di tahun 2019 yang lalu, saya sempat terjebak oleh instagram dan sulit terlepas dari bayang-bayang kehidupan dunia maya yang nyatanya nggak senyata itu. Kalau diingat-ingat lagi waktu itu, sulit juga buat lepas. Berjam-jam scroll di instagram, sampai bikin insecure. Namun, sekarang sudah berhasil menggunakan media sosial dengan baik. Alhamdulillah.
Kecanduan instagram itu sempat saya alami selama beberapa bulan lamanya di awal tahun 2019. Efeknya benar-benar luar biasa. Luar biasa mengerikan buat kesehatan fisik dan kesehatan mental saya.
Bagaimana tidak? Setiap kali lihat post atau story punya teman selalu saja muncul rasa cemburu, keinginan akan sesuatu menjadi lebih besar, kadang jadi suka membanding-bandingkan diri sendiri sama orang lain, dan berujung pada sikap kurang bersyukur terhadap pemberian Yang Maha Kuasa.
Tanpa berlama-lama, ayo kita bahas apa saja yang saya lakukan hingga pada akhirnya berhasil mengatasi kecanduan di instagram.
Pertama, menguatkan niat dan belajar bersyukur atas pemberian Allah SWT
Semua perubahan perlu dimulai dari kesadaran diri. Kesadaran diri dimulai dengan niat yang kuat dan tekat yang besar. Sadari bahwa setiap manusia terlahir ke bumi dengan kelebihan dan rezeki masing-masing.
Kedua, melakukan puasa media sosial
Tidak membuka media sosial selama beberapa minggu, ternyata punya efek yang cukup baik. Tidak terpengaruh oleh hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan dan tidak perlu diperhatikan. Lebih fokus pada diri sendiri, sebab selama puasa media sosial, saya jadi kembali terbiasa melakukan aktifitas di dunia nyata tanpa gangguan dari notifikasi dari handphone.
Ini membuat saya jauh lebih tenang. Tetapi, waktu itu saya jadi agak sulit dihubungi oleh teman-teman. Alhasil, banyak teman yang bertanya, "Ainy kok tiba-tiba hilang dari medsos? Kemana? Sibuk ya?"
Iya, sibuk. Sibuk menghindari media sosial dan menenangkan diri. Hehe.
Ketiga, membatasi penggunaan media sosial
Saya tidak bisa memungkiri, memang sekarang ini zamannya media sosial. Entah menulis, promosi bisnis, atau mengajarkan sebuah materi pun bisa menggunakan media sosial. Karena itu, saya memutuskan untuk kembali aktif di dunia maya. Namun, ada syarat yang harus saya patuhi, tidak boleh terlalu lama tenggelam di media sosial.
Sebelumnya bisa sampai setengah jam lebih bermain instagram, sekarang hanya boleh aktif di instagram untuk keperluan tertentu. Misalkan menghubungi teman, upload post, membuat storygram untuk kepentingan promosi, atau mencari inspirasi yang hanya bisa ditemukan di instagram.
Supaya tidak melewati batas, biasanya saya menerapkan aturan menit. Bila lewat dari 5-10 menit, saya harus segera keluar dari instagram dan tidak membukanya sampai waktu tertentu. Awalnya memang sulit, tetapi lama kelamaan jadi terbiasa.
Kamu juga bisa menggunakan alat bantu alarm pada handphone. Misalkan di setting 10 menit boleh bermain instagram. Saat alarm bunyi, kamu harus kembali melakukan kegiatan dan menutup instagram-mu. Ini juga bisa dijadikan sebagai latihan kedisiplinan loh.
Keempat, sebelum mengaktifkan media sosial, tanyakan keperluan pada diri sendiri
"Aku mau aktifkan instagram untuk apa?"
"Mau lihat twitter cari apa?"
"Ke youtube cari informasi apa?"
Harus jelas tujuannya apa dan nggak boleh melenceng dari tujuan awal. Tegas pada diri sendiri juga penting. Ini yang membantu saya jadi bisa mengontrol keinginan untuk berlama-lama di instagram. Apalagi kalau lihat storygram milik teman dan rasanya sudah terlalu lama. Harus segera disudahi dan jauh-jauh dari handphone.
Kelima, dari penikmat menjadi pembuat
Kita pasti tahu, setiap hari pengguna media sosial semakin bertambah. Memang apa keuntungan kita kalau terus-menerus menikmati post teman atau mengikuti akun gosip semata?
Maka dari itu, di pertengahan tahun 2019, saya memutuskan untuk mengikuti kelas menulis secara online yang diadakan oleh salah satu penulis yang memang karyanya sesuai dengan jenis tulisan yang saya minati. Inspiratif, pengembangan diri, Islami. Dan salah satu alasan kenapa saya berani ikut adalah di kelas tersebut diajarkan bagaimana cara produktif di instagram.
Alhasil, saya memberanikan diri untuk membagikan tulisan-tulisan di instagram. Selama ini cuma berani menulis di buku harian. Ternyata, saat kita memahami sesuatu dan membagikannya pada orang lain di media sosial, yang namanya kecanduan scrolling instagram sama sekali nggak bisa dilakukan.
Ya, karena sadar kalau ternyata scrolling instagram dan media sosial lainnya terlalu buang-buang waktu. He he he.
Instagram @momenpalingseru |
Silahkan mampir ke instagram-ku bila kamu berkenan. Belum ahli dan masih banyak karya yang harus diperbaiki. Tetapi, berhasil mengatasi kecanduan dan jadi produktif adalah sebuah kebanggaan tersendiri buat saya.
Kalau saya bisa, kamu pun pasti bisa mengatasi kecanduan instagram dan media sosial lainnya. Semoga berhasil ya.
0 komentar