Sedekah Tak Mesti Harus dengan Uang
Dulu aku pernah berpikir, kalau yang namanya ilmu harus dijaga baik-baik. Cari ilmu sebanyak-banyaknya. Baca buku yang ada di perpustakaan, ikut kelas tambahan, dengarkan guru dengan seksama ketika menjelaskan, dengarkan kawan yang lebih pandai saat bertutur, ikut banyak kegiatan, dan banyak hal lainnya. Setelah ilmu yang banyak itu terkumpul, maka simpan rapat-rapat hanya untuk diri sendiri.
Selama bertahun-tahun aku menganut pemikiran seperti ini. Sampai-sampai sama sekali nggak mau memberikan contekan. Siapa pun itu. Entah teman bermain atau sahabat baik. Kalau sudah waktunya ulangan harian, ujian semester, atau ada PR dari guru sekalipun, aku nggak mau berbagi jawaban. Bagiku, berusaha mengumpulkan ilmu sangat sulit perjuangannya, kenapa dengan mudah harus kubagi untuk orang lain yang nggak mau berusaha?
Sampai tiba masa di mana keadaan menghimpit untuk berpikir keras. Masa-masa sulit yang terjadi karena dampak wabah covid-19 membuat lebih sering putar otak dan menuntut jadi lebih kreatif. Saat pendapatan sedikit terganggu, kebutuhan tetap ada dan harga barang-barang perlahan meroket, ditambah lagi bertepatan dengan datangnya bulan ramadan.
Sejak dulu, ingin sekali bisa bersedekah setiap hari selama bulan ramadan. Berapa pun nominalnya, yang terpenting adalah mengeluarkan uang dari dompet untuk diberikan pada orang lain. Namun, keadaan terhimpit seperti sekarang ini, mau sedekah berupa uang juga nggak bisa dilaksakan setiap hari. Lalu apa yang bisa disedekahkan?
Di waktu awal covid-19 mulai merebak, khususnya di sekitarku tinggal, aku termasuk orang-orang yang merasa panik. Sama sekali takut buat keluar rumah. Mudah percaya dengan berita yang bertebaran di media. Dan setiap kali mengonsumsi berita, panik datang begitu saja. Bahkan sampai sakit demam juga karena efek panik ini.
Dari situ, muncul perasaan lelah. Kalau aku seperti ini terus, mau jadi apa? Deadline banyak, kalau nggak diselesaikan, ya bikin jadi nggak produktif. Ide-ide juga jadi hilang. Mau berkarya jadi agak sulit. Mau menggambar nggak ada ide, mau menulis nggak ada ide. Betul-betul nggak produktif sama sekali.
Aku putuskan untuk merenung sejenak. Sebenarnya, apa sih yang bisa kulakukan di tengah wabah seperti ini? Tetap sedekah. Tetap berbagi. Tetap bermanfaat. Walau nggak menghasilkan pemasukan karena sekarang juga masih masa-masa sulit. Apa yang bisa kulakukan?
Proses berpikir yang kulakukan ini memakan waktu selama hampir 2 minggu lamanya. Berpikir sekaligus menenangkan diri. Kembali menulis untuk proses healing dan latihan teknik pernapasan.
Kalau aku panik, pasti di luar sana juga ada orang-orang yang mengalami hal sama denganku. Atau bahkan malah lebih? Lalu, kalau banyak orang yang seperti aku, apa yang bisa kulakukan? Aku punya apa yang bisa dibagikan?
Dan ketemulah jawabannya. Pengalaman dan ilmu yang aku punya. Uang boleh terbatas. Tapi yang namanya ilmu, sesedikit apapun jumlahnya, pasti bermanfaat kalau dibagikan. Dan itu benar-benar bertentangan dengan apa yang aku pikirkan dulu kalau ilmu yang kita punya harus disimpan rapat-rapat.
Selama bulan April 2020, mencoba rutin setiap hari untuk share apa saja di Intagram. Dan nggak menyangka, setelah satu bulan berbagi, aku jadi punya teman baru yang bisa diajak bertukar pendapat. Setiap kali membahas sesuatu, aku jadi dituntut untuk berpikir lebih dan belajar makin banyak lagi.
Rezeki yang datang tanpa disangka-sangka. Teman juga termasuk rezeki, bukan cuma uang saja ya. Jadi jangan terpaku sama uang saja. Belajar dalam kondisi terdesak pun juga rezeki, karena yang dipelajari adalah banyak hal, jadi makin banyak ilmu yang didapat.
Sedekah bisa pakai apa saja. Rezeki juga bisa datang berupa apa saja. Jadi, jangan lelah untuk menebar kebaikan dan terus bersedekah.
Kalau kamu punya cara lain yang bisa dilakukan untuk tetap bisa menebar kebaikan dan berbagi di tengah covid-19, silahkan di lakukan. Baik berupa tenaga, pemikiran, tindakan, dan apa saja yang bisa kamu lakukan.
Buat kamu yang membaca tulisan ini, tetap semangat untuk bertahan dan berbagi. Yuk jadi teman berjuangku. Mari sapa aku di instagram momenpalingseru. Semoga bermanfaat.
0 komentar