Lelah dengan Toxic Social Media, 5 Hal Ini Bisa Membantu
"Kalau sudah nggak tahan. Istirahat dari media sosial, boleh kok."
Buka media sosial. Niat awalnya mau cari informasi, mau tahu kabar dan menghubungi seorang teman, mau lihat karya diri sendiri yang sempat di-posting beberapa waktu lalu. Tetapi, ternyata yang muncul di beranda bermacam-macam.
Ada yang pamer kecantikan. Pamer pekerjaan suami atau istrinya yang sedang dinas sambil memakai seragam. Pamer kekayaan dan properti yang dimiliki. Semua hal dibagikan pada media sosial.
Apa saja yang terlihat di beranda, rasanya membuat hati semakin berkecamuk. Resah. Cemas. Merasa tidak punya keistimewaan dari orang lainnya. Merasa gagal karena diri sendiri masih begini-begini saja. Pada akhirnya, ketika melihat foto apa saja milik teman, batin menjadi mudah terusik, seperti sedang disindir.
Jika sudah tidak tahan. Istirahat dari media sosial, boleh kok. Tiga puluh hari. Dua bulan. Atau bahkan setengah tahun, juga tidak masalah. Yang terpenting, kondisi diri makin baik setelah istirahat dari media sosial.
Log out semua akun yang mungkin menjadi sumber keresahan. Menghilang saja dari media sosial, jika itu memang diperlukan. Sebab terkadang, mengetahui semua hal yang melayang pada media sosial tidak selamanya baik untuk kesehatan. Daripada tumbuh penyakit hati yang bisa sampai mengganggu fisik dan pikiran, istirahat dari media sosial adalah salah satu cara yang sangat dianjurkan.
Waktunya istirahat dari media sosial (Dok. Pribadi)
Sejak akhir tahun 2018 sampai akhir tahun 2019 ini, aku memutuskan untuk membatasi penggunaan media sosial. Awalnya, hampir setiap setengah jam sekali, aku mengecek instagram. Scroll beranda sampai lewat dari lima belas menit. Cek semua storygram punya teman. Update story di instagram walaupun yang di-post tidak terlalu penting.
Sampai suatu saat, berada pada titik di mana pikiranku dan hatiku dipenuhi oleh banyak pertanyaan.
"Temanku sudah punya pangkat loh, aku kerjaannya cuma begini saja, jadi banyak waktu untuk scroll instagram."
"Teman-teman sebaya hampir semua sudah menikah, sedangkan aku, tabungan saja belum ada."
"Bisnis si cantik lancar banget. Kenapa daganganku nggak laku kayak dia?"
"Duh, enaknya si ganteng bisa lanjut S2. Jangankan lanjut, aku minta izin saja nggak dikasih sama orang tua."
"Enaknya si primadona di sekolah, ke mana-mana sendiri berani. Sekarang dia sudah keliling dunia dan dibayar perusahaannya pula."
Dan segudang perkataan lainnya beterbangan dalam kepala, juga berkecamuk dalam hati. Rasanya, semakin hari semakin muak melihat apa saja yang bertengger di media sosial. Capek karena merasa diri sendiri tidak punya kebanggaan apa-apa.
Sejak saat itu, aku mengendapkan semua akun media sosial yang kupunya dan menikmati dunia nyata seutuhnya. Membuarkan hati dan pikiran tenang untuk beberapa saat. Melakukan beberapa hal yang ternyata membuatku menjadi lebih lega. Inilah lima hal yang bisa membantuku menjadi lebih lega saat kembali mengaktifkan media sosial.
1. Menentukan Tujuan Sebelum Mengaktifkan Media Sosial
Sebelum mengaktifkan kembali, tentukan dulu apa yang akan dilakukan. Log in instagram untuk cari informasi di akun tertentu, menghubungi teman yang hanya aktif di instagram saja, atau untuk update karya terbaru untuk menyebar informasi.
Cara ini bisa membantu kita fokus pada tujuan. Kalau bukan tujuan utama untuk mengaktifkan media sosial, segera log out kembali atau lakukan kegiatan lainnya.
Photo by The Journal Garden | Vera Bitterer on Unsplash
2. Membuat Jadwal dan Menetapkan Waktu yang Tetap untuk Mengaktifkan pada Media Sosial
Menentukan jadwal rutin kapan sebaiknya aktif di sosial media dengan jangka waktu tertentu bisa membantu kita untuk tidak membiarkan waktu habis begitu saja. Ini juga bisa membantu kita untuk melatih kedisiplinan.
Jika terasa sulit di awal, langkah mudah yang bisa dilakukan adalah dengan cara membuat timer sebelum mengaktifkan media sosial. Lima sampai sepuluh menit saja. Jika waktu alarm sudah berbunyi, waktu sudah habis, segera log out dari media sosial.
3. Percaya dan Yakin Jika Semua Manusia Punya Waktunya Sendiri untuk Mencapai Titik yang Diinginkannya, Tidak Perlu Iri dengan Kehidupan Teman yang Selalu Mereka Sebar di Media Sosial
Ini yang paling penting. Yakin dan percaya jika masing-masing dari kita punya masanya sendiri. Mungkin teman sudah menikah di usia 22 tahun, tetapi kita tidak. Tidak apa. Tuhan Maha Tahu, akan ada waktunya kita memang sudah siap untuk menikah nantinya dan saat ini belum saatnya. Mungkin, beberapa teman sudah bisa membeli rumah sendiri di usia 25 tahun, sedangkan kita masih belajar investasi di usia 25 tahun. Tidak apa. Lebih baik terlambat daripada tidak memulai sama sekali kan?
Yakin dan percaya. Tugas yang harus kita kerjakan saat ini adalah terus berusaha dan kerahkan kemampuan semaksimal mungkin. Nanti hasilnya akan kita rasakan sendiri pada waktunya.
Photo by Ran Berkovich on Unsplash
4. Berpikir Positif saat Melihat Foto Milik Orang Lain
Satu hal penting yang menurutku sangat berpengaruh saat kita melihat foto teman bertebaran di media sosial. Itu adalah pikiran kita sendiri.
Mungkin kita menyangka kalau teman-teman yang upload foto liburan mereka lakukan untuk pamer. Tetapi sebenarnya, mereka sedang memberi tahu, ada tempat bagus yang indah di negera kita namun masih sepi pengunjungnya. Berpikir positif saja.
Atau mungkin, ada teman-teman yang suka sekali upload kegiatan mereka setiap hari. Kita menyangka mereka sedang pamer kesuksesan. Padahal, sesungguhnya niat mereka adalah untuk memberikan semangat pada teman lainnya bahwa hidup penuh perjuangan dan ada baiknya disyukuri saja setiap prosesnya. Berpikir positif saja. Sebab, di balik semua yang ada di media sosial, kita tidak tahu apa yang disembunyikan kan?
5. Fokus pada diri sendiri
Sekarang waktunya untuk mengejar cita-cita. Berhenti melihat ke kanan-kiri, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan merasa sedih dengan kehidupan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Mulai melangkah dan wujudkan cita-cita.
Photo by Chase Clark on Unsplash
Itulah lima cara yang membuatku akhirnya bisa merasakan manfaat media sosial tanpa harus iri, kesal, risih, jengkel pada teman yang hobi upload foto kegiatan dan kehidupan mereka setiap hari. Terkadang, meninggalkan dunia maya di masa sekarang ini bisa membuat jiwa dan raga kita menjadi lebih sehat.
Apa kamu punya cara sendiri supaya tidak lelah dengan media sosial? Boleh ceritakan di kolom komentar.
0 komentar