Dijatuhkan, Dipatahkan, Dihancurkan? Kamu Harus Tumbuh Kembali
Beberapa minggu yang lalu, seekor lalat berkeliaran di dalam kamar. Karena terganggu, aku refleks mengambil sapu lidi yang tergeletak di dekat kasur. Kuayunkan sembarang dengan harapan lalat itu segera keluar melalui jendela yang sudah terbuka lebar.
Namun, sayangnya, sapu lidi itu mengenai tanaman hias yang sengaja kuletakkan di dekat jendela. Membuat tanaman cantik itu jatuh, patah, dan hancur berantakan. Daun-daunnya remuk. Batangnya lunglai. Membuat kurang nyaman saat dipandang.
Aku sedikit menyesal. Berpikir keras supaya membuatnya kembali bagus. Aku sudah berusaha merapikannya. Tetapi hasilnya tetap saja sama. Tanaman itu masih terlihat jelek, kacau, dan tidak cantik lagi. Mau dibenahi seperti apa pun, dia tetap terlihat buruk rupa.
Belasan hari kemudian. Tanaman yang terlihat jelek itu menampakkan tunas baru. Tumbuh dengan cepat dan sudah bergerombol daun-daun baru. Sampai aku sadar, tunas-tunas baru membuat tanaman itu terlihat lebih cantik daripada sebelumnya. Membuatnya tampak rimbun dan lebih segar.
Kurasa, kita manusia pun sama seperti tanaman itu. Perlu dijatuhkan, dipatahkan, dihancurkan dahulu oleh perbuatan atau kesalahan orang lain. Tetapi, pastikan akar kita tetap kuat. Supaya nantinya bisa bertumbuh kembali dan menjadi pribadi yang lebih cantik daripada sebelumnya.
Namun, semuanya butuh waktu. Mungkin saja rasanya tidak mudah. Aku tahu itu. Biasanya, bakal terpuruk dahulu. Kemudian, perlahan mulai sadar. Mencoba bangkit. Kembali bersemangat. Dan, pada akhirnya, nanti, akan mulai tumbuh dengan perlahan.
Ilustrasi : Instagram momenpalingseru
Tidak ada manusia yang hidupnya selalu nyaman dan tentram. Akan ada masanya, cobaan, ujian, hambatan datang menjadi bagian dari perjalanan kehidupan. Dihina, dicaci, dikhianati, ditipu orang lain adalah bagian dari perjalanan hidup. Beberapa orang mengalami kejadian itu, beberapa orang lainnya tidak. Beberapa orang mengalami kejadian yang terasa berat, beberapa orang lainnya mengalami kejadian yang rasanya tidak begitu berat. Tidak ada bedanya, semua ada porsinya masing-masing. Tetapi, yang terpenting bukan itu. Melainkan, cara menanggapi atau reaksi apa yang dilakukan ketika menghadapi cobaan, ujian, dan hambatan tersebut.
0 komentar