Bermimpilah Seperti Anak Kecil, Berjuanglah Selayaknya Orang Dewasa
Dulu, kita pernah berlagak bagai aktris terkenal. Memakai bedak tebal dan lipstik merah milik Ibu. Meminjam sepatu dan tas jinjing milik kakak perempuan. Lalu dengan santainya kamu berperan sebagai orang lain.
“Anak-anak. Keluarkan buku kalian, hari ini kita belajar berhitung.” Di depan teman-temanmu, kamu memerintah mereka. Berperan menjadi guru dan teman-temanmu yang lain menjadi muridnya.
Instagram @momenpalingseru |
Atau, saat kamu mengambil selendang batik milik Ibu untuk disampirkan ke leher. Berlenggak-lenggok bak penari profesional. Padahal gerakan badanmu sangat kaku, sama sekali tidak selaras dengan lagu yang bersumber dari radio. Sampai membuat Ayahmu berkali-kali berkata, “Kamu ini sedang menari apa?”
Atau, saat kita memetik daun-daun dan bunga-bunga. Menumbuk daun pandan lalu diletakkan pada daun mangkokan. Di atasnya ditabur bunga-bunga dan potongan daun-daun. Setelah itu, kamu bilang, "Ini menu terbaik yang kita buat. Semoga restoran kita laris manis ya.”
Dulu kita begitu berani untuk berimajinasi, ya? Kita teramat tidak peduli dengan ucapan orang-orang dewasa. Entah ucapan yang berusaha membuat kita diam, wujud dari heran yang mereka tunjukan lewat kata-kata, atau upaya untuk menghentikan permainan yang sedang kita nikmati.
Tetapi, saat kita beranjak dewasa dan berusaha diwujudkan peran itu. Entah kenapa, ucapan orang lain dengan mudahnya bisa menghentikan proses yang bahkan hanya kita sendiri yang tahu dan paham. Ucapan orang-orang dengan mudah membuat kita kehilangan arah dan memilih untuk pasrah dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Kenapa ya, kita dengan mudahnya mengizinkan berbagai komentar negatif untuk didengar? Kalau begitu, boleh kan kita berpikir dan bersikap layaknya anak kecil? Bebas berimajinasi dan menikmati peran yang sedang dimainkan. Hingga peran itu benar-benar menjadi rutinitas sehari-hari di kehidupan nyata. Namun, tanpa meninggalkan sikap dewasa kita untuk tetap menimbang beberapa risiko dan berbagai peluang yang datang.
Tetap bersikap seperti orang dewasa. Berjuang sekuat tenaga dan cakap menangkap kesempatan. Namun, yang namanya mimpi tetap harus hidup.
0 komentar