Aku jadi semakin yakin, bahwa keberhasilan dan pencapaian yang selama ini kudapat, bukan semata-mata bersumber dari kerja keras saja.
Belasan seminar pernah kuikuti. Mereka selalu menghadirkan pembicara yang menginspirasi dengan kisah perjalanan hidupnya. Tidak sedikit dari mereka bercerita, bila perjuangannya hingga titik ini adalah hasil kerja keras tanpa batas, ketekunan, pantang menyerah, dan diiringi dengan lantunan doa-doa.
Rupanya, cerita orang tersebut menyuntikkan energi positif pada peserta yang hadir di sana. Salah satunya adalah aku. Pulang dengan membawa energi positif, harapan baru, dan semangat menggebu untuk melewati hambatan dalam setiap proses perjuangan.
Namun rupanya, semangat menggebu itu tidak bertahan cukup lama. Aku, setelah mencoba satu bidang yang benar-benar kuminati, beberapa saat kemudian mendapati kegagalan. Mencoba lagi, tetapi masih belum ada hasil. Berkali-kali berjuang mencoba hal baru, belum ada perubahan. Mencoba bidang lainnya, tetapi malah merasa tidak nyaman.
Suatu hari, aku pernah bertanya dalam hati, "Apa perjuanganku kurang keras? Apa waktu kerjaku kurang lama? Apa strategiku kurang bagus? Atau, apa doaku kurang sering terucap?”
Berhari-hari berpikir, belum juga menemukan jawaban. Jadi, aku putuskan untuk meletakkan peralatan yang biasa dipakai untuk berjuang. Ada seseorang yang menyarankan untuk melihat lingkungan sekitar lebih cermat.
“Buat apa?” Pikirku waktu itu.
Ternyata, banyak yang bisa kulakukan setelah mengamati sekitar. Melakukan hal-hal kecil yang sempat terlupakan, seperti mengayunkan sapu, mengibaskan kemoceng, mengucurkan air pada tanaman. Ternyata, di sekitarku cukup kacau karena aku tidak rajin mengamati. Terlalu acuh pada sekitar dan terlalu fokus pada kerja keras.
Mencoba keluar rumah. Menjumpai banyak orang dengan banyak kejadian. Mendengar cerita dari bapak-bapak yang kutemui di angkutan umum. Membantu nenek-nenek mengangkat belanjaan dari pasar. Membantu menata buku yang terjatuh di bazar buku. Dan, banyak hal yang ternyata setelah dilakukan, bisa memberikan energi positif, senyuman, dan lantunan doa-doa lebih banyak dari orang-orang yang tidak kukenal.
Hal-hal kecil yang sebelumnya terlupakan berubah menjadi sebuah kebiasaan. Saat kebiasaan itu rutin dilakukan, entah kenapa semua yang terasa sulit menjadi mudah, semua yang terasa berat menjadi ringan, semua yang terasa hancur jadi indah melebihi dari apa yang kuinginkan.
Saat aku kembali bertemu dengan orang yang menyarankan, aku bertanya, “Kenapa bisa seperti itu ya?”
Dengan santainya dia jawab, “Sebab keberhasilan dan pencapaian kita bukan hanya berasal dari kerja keras diri sendiri saja. Melainkan karena skenario kehidupan kita memang seperti itu, sekian persen adalah doa orang tua yang terkabul, sekian persen adalah doa kita yang didengar, sekian persen adalah kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan lalu berdampak besar pada kehidupan kita.”
Jadi, itu letak kesalahannya, kenapa selama ini hanya berusaha keras seorang diri bila ternyata ada kekuatan-kekuatan ajaib yang bisa membantu perjuangan ini?
0 komentar